Sunday, November 13, 2016

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon

Penyebaran agama Islam di Jawa Barat dilakukan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ia menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah pedalaman, seperti ke Majalengka, Kuningan, Ciamis, Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Kerajaan Pajajaran menjalin kerja sama dengan Portugis, Syarif Hidayatullah meningkatkan kegiatan penyiaran agama Islam di Jawa Barat.

Menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, pada 1570 M Syarif Hidayatullah wafat dan dimakamkan di Desa Astana, daerah Gunung Jati, Cirebon. Syarif Hidayatullah sampai sekarang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sepeninggalnya, Kesultanan Cirebon dipimpin oleh cucunya, Pangeran Ratu (Panembahan Yusuf). Pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Kesultanan Cirebon berada dalam pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.

Sepeninggal Pangeran Ratu, kedudukannya digantikan oleh putranya, Panembahan Girilaya (1650-1662 M). Setelah itu, Kesultanan Cirebon diperintah oleh kedua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).

Panembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kesepuhan dan bergelar Syamsuddin. Sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Adom dan bergelar Badruddin. Perpecahan di antara keluarga kesultanan tersebut sangat melemahkan Kesultanan Cirebon dan menyebabkan Kesultanan Cirebon berada di bawah pengaruh VOC. Sepeninggal Panembahan Sepuh, pada 1697 M, terjadi perebutan kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh VOC untuk merebut Cirebon. Berdasarkan Perjanjian Kartasura (1705 M) Kesultanan Cirebon berada dalam pengawasan VOC.

Letak Kesultanan Cirebon sangat strategis karena berada di daerah pantai dan merupakan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebagai daerah pantai, Cirebon mendapat pemasukan dari perikanan dan tambak. Kesultanan Cirebon merupakan kesultanan Islam yang bercorak maritim. Sebagai daerah transito, Cirebon dikenal sebagai kota pelabuhan terbesar di Jawa Barat. Sebagai pusat pendidikan, Cirebon banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah yang ingin belajar agama Islam. Kesultanan Cirebon juga memperoleh pemasukan dari pelayaran, perdagangan, pertanian, peternakan, dan kerajinan tangan.

Kesultanan Cirebon banyak meninggalkan sumber sejarah, seperti naskah kuno, batu nisan, kaligrafi, benda-benda pusaka, dan bangunan keratin. Naskah-naskah kuno peninggalan sejarah Kesultanan Cirebon umumnya ditulis oleh para pujangga dan keturunan Sultan Cirebon. Naskah tertua adalah Negara Kertabhumi karangan Pangeran Wangsakerta.



Sumber : Buku Sejarah karangan Nana Supriatna
Kesultanan Cirebon
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.