Sunday, November 20, 2016

Kerajan Tarumanagara

Kerajan Tarumanagara
Kerajan Tarumanagara

Bukti sejarah adanya Kerajaan Tarumanagara adalah ditemukannya tujuh buah prasasti peninggalan Raja Purnawarman. Prasasti-prasasti tersebut bertuliskan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta yang ditulis dalam bentuk syair. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kerajaan Tarumanagara berkembang tradisi Hindu-Buddha dari India. Adapun tujuh prasasti tersebut, yaitu Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Kebon Kopi di Bogor; Prasasti Tugu; Prasasti Jambu di Bogor; Prasasti Muara Ciaruteun di Bogor; Prasasti Pasir Awi di Leuwiliang; Prasasti Munjul di Banten.

Keterangan adanya Kerajaan Tarumanagara diperoleh pula dari Cina. Menurut berita Cina bahwa negara Holo-tan (Aruteun) di Shepo (Jawa) pada 430 M, 437, dan 452 M pernah mengirimkan utusan ke negeri Cina. Dari berita tersebut diketahui bahwa nama asli Tarumanagara adalah Aruteun. Setelah pengaruh tradisi India masuk, nama Aruteun berubah menjadi Taruma (Tarumanagara).

Perubahan nama diperkirakan terjadi sekitar akhir abad ke-5 M. Sebab pada abad ke-6 M nama Aruteun tidak disebut-sebut lagi dan sebagai gantinya muncul nama Taruma. Menurut seorang pendeta Cina, I Tsing, bahwa sekitar abad ke-7 M di Pulau Jawa terdapat Kerajaan Mo-ho-sin yang diduga terletak di Pulau Jawa bagian barat.

Kehidupan social masyarakat Tarumanagara diberitakan sudah baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh prasasti yang menyebutkan bahwa Purnawarman memberikan sedekah 1.000 ekor lembu kepada para Brahmana. Demikian pula pembuatan Sungai Gomati untuk mencegah banjir menunjukkan bahwa semangat gotong-royong dan rasa kesetiakawanan social pada masyarakat Tarumanagara sudah baik.

Menurut Fa-Hien, rakyat Tarumanagara yang memeluk agama Hindu dan Buddha jumlahnya masih sedikit, hanya terbatas pada lingkungan kerajaan, kaum bangsawan, dan para pedagang. Sebagian besar di antara mereka masih memeluk kepercayaan warisan dari nenek moyangnya. Hal tersebut disebabkan Kerajaan Tarumanagara belum lama menerima pengaruh agama dan tradisi Hindu-Buddha.

Berita dari Cina juga menyebutkan bahwa Kerajaan Tarumanagara sering mengirim utusan ke negeri Cina. Hubungan kerja sama dan persahabatan tersebut, membuat Kerajaan Tarumanagara menjadi aman dari gangguan atau serangan Kerajaan Cina.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna 

Verbal Sentence

Verbal Sentence
Verbal Sentence

Verbal Sentence (Kalimat Verbal) adalah kalimat yang predikat berupa kata kerja (verb).
Contoh :
- I study hard everyday = saya belajar giat setiap hari
- He come with her sister = dia datang dengan saudara perempuannya
- We eat rice everyday = kita makan nasi setiap hari
 Kata study (belajar), come (datang), eat (makan) merupakan kata kerja (verb).

Apabila dilihat dari jenisnya, kalimat verbal dapat digolongkan menjadi:

1. Kalimat Verbal Positif
Kalimat verban positif ini dapat digolongkan sebagai kalimat berita (affirmative sentence). Bentuk kalimat seperti ini pada umumnya digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa.
Contoh :
- She walks to school = dia berjalan ke sekolah
- My sister helped my mother after school = saudara perempuanku membantu ibuku setelah sekolah
- They like dine with us = mereka suka makan malam dengan kita

2. Kalimat Verbal Negatif
Kalimat verbal negatif atau dapat disebut sebagai kalimat menyangkal dibentuk dengan menambahkan do, does atau did ditambah not yang diletakkan sebelum kata kerja. Bentuk kalimat seperti ini pada umumnya digunakan untuk menyangkal suatu perbuatan atau peristiwa.
Contoh :
- She does not walk to school = dia tidak berjalan ke sekolah
- My sister did not helped my mother after school = saudara perempuanku tidak membantu ibuku setelah sekolah
- They do not like dine with us = mereka tidak suka makan malam dengan kita
Ingat! Penggunakan do dan does harus disesuaikan dengan subyek yang dipakai dalam kalimat.

3. Kalimat Verbal Tanya
Kalimat verbal tanya dibentuk dengan meletakkan do, does atau did di awal kalimat atau sebelum subyek. Bentuk kalimat seperti ini pada umumnya digunakan untuk menanyakan apakah suatu perbuatan atau peristiwa itu terjadi.
Contoh :
- Does she walk to school? = apakah dia berjalan ke sekolah?
- Did my sister help my mother after school? = apakah saudara perempuanku membantu ibuku setelah sekolah?
- Do they like dine with us? = apakah mereka suka makan malam dengan kita?

4. Kalimat Verbal Perintah
Kalimat verbal perintah pada umumnya digunakan untuk memerintahkan seseorang melakukan sesuatu.
Contoh :
- Write a lesson! = Tulis pelajaran itu!
- Go out! = Pergi keluar!
- Don’t leave me! = Jangan tinggalkan aku!
- Will you open the door, please! = maukah kamu membuka pintu itu!
- Let’s begin the meeting! = Mari kita mulai rapat itu!

CATATAN :
1. Dalam kalimat verbal positif, kata kerjanya ditambah s/es apabila menggunakan subyek He, She dan It. Sedangkan untuk subyek, I, You, We dan They maka kata kerjanya tanpa ditambah s/es
2. Dalam kalimat verbal negatif harus disertai kata kerja bantu do/does/did yang ditambah dengan not.
Does digunakan apabila subyeknya He, She, dan It, sedangkan Do digunakan apabila subyeknya I, You, We dan They. Kalau Did digunakan untuk semua subyek. Kata kerja yang digunakan pada kalimat verbal negatif harus berbentuk kata kerja dasar (infinitive).
3. Dalam kalimat verbal interrogative (tanya) kata kerja bantu do/does dan did diletakkan di awal kalimat. Kata kerjanya juga harus berbentuk kata kerja dasar (infinitive).
4. Kalimat verbal perintah dimulai dengan kata kerja dasar (infinitive) tanpa to., sedangkan kalimat perintah yang bersifat melarang selalu diawali dengan kata don’t. Apabila Anda menerima suatu perintah, maka jika Anda menerimanya dapat Anda jawab dengan :
All right (Baiklah)
Sure, I will (Baiklah)
Okay, I will (Baiklah)
Of course I will (Baiklah)
Yes, I will (Baiklah)
Apabila Anda hendak menolak perintah tersebut, Anda dapat menjawab dengan :
All right, I won’t (Saya tak bisa)
Sure, I won’t (Saya tak bisa)
Okay, I won’t (Saya tak bisa)
Of course, I won’t (Saya tak bisa)
No. I won’t (Saya tak bisa)

Itulah pembahasan kita mengenai verbal sentence. Semoga bermanfaat.


Sumber : Buku English Grammar karangan Drs. Rudy Hariyono

Monday, November 14, 2016

Kerajaan Ho-ling (Kaling)

Kerajaan Ho-ling (Kaling)
Kerajaan Ho-ling (Kaling)

Selain di Jawa Barat, pengaruh tradisi Buddha berkembang pula di Jawa Tengah. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya Kerajaan Ho-ling sekitar abad ke-7 M.

Menurut berita Cina dari zaman Dinasti Tang (618-906 M) disebutkan bahwa di Pulau Jawa pernah berdiri sebuah Kerajaan Ho-ling yang letaknya di Cho-po (Jawa). Disebutkan pula bahwa kerajaan tersebut telah mengirim utusan ke Negeri Cina pada 647 M, 666 M, 818 M dan setelah itu tidak pernah mengirim utusan lagi.

Menurut ahli sejarah, nama Ho-ling digunakan untuk menyebut Kerajaan Kaling yang letaknya di sebelah utara Jawa Tengah. Seorang pendeta Buddha Cina, I Tsing menyebutkan bahwa pada 664 M seorang yang bernama Hwining datang ke Ho-ling dan tinggal menetap selama tiga tahun (664-667 M). Dengan bantuan Jinanabhadra (seorang pendeta Ho-ling), Hwining menerjemahkan kitab suci agama Buddha-Hinayana dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.

Perekonomian Kerajaan Ho-ling diberikan oleh Berita Cina yang menyatakan bahwa masyarakatnya menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan Ho-ling sudah tertata secara baik. Hukum berjalan dengan baik dengan raja yang tegas dan adil kepada rakyatnya, termasuk kepada keluarga kerajaan. Penegakan hukum sangat dijalankan, terutama pada masa pemerintahan Ratu Sima.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kesultanan Banten

Kesultanan Banten
Kesultanan Banten

Pada 1526 M, pasukan gabungan Sunan Gunung Jati dan Demak berhasil merebut Banten dari Kerajaan Sunda. Pusat pemerintahan yang semula di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan. Pemindahan pusat kesultanan itu dimaksudkan agar Banten melalui laut dapat berhubungan dengan kota-kota pelabuhan lainnya di Pulau Jawa, Sumatera, dan Selat Malaka. Sejak saat itu, kota Pelabuhan Banten menjadi ramai dikunjungi oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri.

Pendirian Kota Surosowan sebagai pusat Kesultanan Banten dilakukan oleh Sunan Gunung Jati. Atas persetujuan Kerajaan Demak, putera Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin diangkat menjadi sultan Banten. Di bawah pemerintahan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten berkembang menjadi kesultanan Islam yang bercorak maritime. Ia memerintah selama 18 tahun (1552-1870 M) dan berhasil menanamkan dasar Islam di Banten. Selain itu, ia banyak mendirikan masjid, pondok pesantren, dan mencetak kader-kader kiai. Kejayaan Banten terus berlangsung sampai masa pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 M).

Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu tampak dari peninggalan sejarahnya. Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Masjid Pancian Tinggi, Meriam Ki Amuk, dan Pelabuhan Perahu Karanghantu. Peninggalan sejarah tersebut menunjukkan bahwa tingkat sosial budaya masyarakat Banten sudah cukup tinggi.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kesultanan Gowa Tallo (Kesultanan Makassar)

Kesultanan Gowa Tallo (Kesultanan Makassar)
Kesultanan Gowa Tallo (Kesultanan Makassar)

Gowa-Tallo adalah kesultanan yang bercorak agama dan budaya Islam. Kedua kesultanan itu berpusat di Sombaopu (Makassar). Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi Selatan terdapat pula kesultanan Islam lainnya, yaitu Bone, Soppeng, Wajo, dan Luwu.

Pada 1605 M, Sultan Gowa-Tallo, Kraeng Tuningallo memeluk agama Islam dan memakai gelar Sultan Alaudin Awwalul Islam. Ia kemudian menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan. Ia mengajak Bone, Soppeng, Wajo dan Luwu untuk memeluk agama Islam. Namun, mereka menolak dan terjadilah peperangan yang dimenangkan oleh Gowa-Tallo. Sejak saat itu, agama Islam menyebar luas di Sulawesi Selatan.

Pada 1639 M, Sultan Alaudin wafat. Kedudukannya digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad Said (1639-1653 M). Raja Gowa-Tallo yang paling berarti menentang belanda adalah Sultan Hasanuddin yang mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur.

Pada saat tentara Belanda yang dipimpin oleh Cornelis Spellman menyerbu Makassar dan Pulau Buton, Sultan Hasanuddin terdesak dan terpaksa menerima tawaran berunding dan menghasilkan Perjanjian Bongaya (1667 M). Dengan perundingan tersebut, Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makassar, memperoleh izin mendirikan Benteng di Makassar dan Kerajaan Gowa-Tallo harus melepaskan daerah Bone dan pulau-pulau lainnya.

Gowa-Tallo merupakan pusat perdagangan terpenting di Indonesia bagian Timur. Para pedagang dalam dan luar negeri banyak yang berdagang di sana. Hasil buminya terutama rempah-rempah merupakan barang dagangan yang laku di pasaran dunia. Setelah Belanda melakukan monopoli dagang, perdagangan di Kesultanan Gowa-Tallo menjadi lumpuh. Rakyat tidak bebas berdagang karena barang dagangannya harus dijual kepada Belanda dengan harga yang telah ditentukan.

Perkembangan sosial Kesultanan Gowa-Tallo telah berjalan cukup baik. Kehidupan sosial-budayanya dipengaruhi oleh agama Islam. Sebelum pengaruh agama dan budaya Islam masuk, kehidupan sosial Kesultanan Gowa-Tallo dipengaruhi oleh kebudayaan pra-Islam. Bahkan, sampai sekarang sebagian penduduk Sulawesi Selatan masih mempertahankan kepercayaan warisan nenek moyangnya.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna.

Kesultanan Ternate dan Tidore

Kesultanan Ternate dan Tidore
Kesultanan Ternate dan Tidore

Di Kepulauan Maluku terdapat empat kesultanan yang bercorak Islam, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Namun, hanya Ternate dan Tidore yang berkembang menjadi kesultanan Islam yang besar. Raja-raja sebelumnya bergelar kolano, namun setelah pengaruh Islam masuk, gelar kolano berubah menjadi sultan.

Kesultanan Ternate dan Tidore sering berselisih akibat persaingan dalam perdagangan. Kedua kesultanan tersebut kemudian membentuk persekutuan dagang. Ternate bersama Bacan, Obi, Seram, dan Ambon membentuk Ulil Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara yang dimimpin oleh Ternate. Kesultanan Tidore membentuk Uli Syiwa, yaitu persekutuan sembila bersaudara yang dipimpin oleh Tidore.

Persaingan antara Kesultanan Ternate dan Tidore menjadi semakin tajam setelah Portugis dan Spanyol datang di Maluku. Ternate bersekutu dengan Portugis sedangkan Tidore dengan Spanyol. Dengan alasan untuk melindungi Ternate, Portugis mendirikan benteng pertahanan Sao Paolo dan menerapkan politik monopoli dagang. Tindakan tersebut mendapat reaksi dari rakyat. Sultan Ternate yang bernama Sultan Khairun tampil memimpin rakyat mengusir Portugis dari Maluku (1550-1570 M).

Ternate dan Tidore dikenal sebagai penghasil rempah-rempah yang laku di pasaran dunia, seperti cengkih dan lada. Selain dari perdagangan, sumber penghidupan rakyat Maluku diperoleh pula dari pertanian. Masuknya agama Islam telah memengaruhi kehidupan rakyat Ternate dan Tidore. Hal tersebut ditunjukkan oleh peninggalan sejarah berupa bangunan masjid, bangunan bekas keratin, dan benteng pertahanan. Sejalan dengan ajaran Islam, kesultanan Ternate dan Tidore menerapkan sistem pemerintahan teokrasi.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Sunday, November 13, 2016

Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar
Kesultanan Banjar

Menurut Hikayat Banjar, Kesultanan Banjar didirikan oleh Pangeran Samudra. Ia mendirikan Kesultanan Banjar setelah berhasil melumpuhkan Negara Daha dengan bantuan Kerajaan Demak. Dengan demikian, Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari kesultanan Negara Daha. Pangeran Samudra memindahkan ibu kota kesultanan dari Muara Bahan ke Banjarmasin dan berkembang menjadi kesultanan yang bercorak Islam.

Pemindahan ibu kota kesultanan ke Banjarmasin dimaksudkan agar pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan dan pelayaran terlindungi. Sejak saat itu, hubungan perdagangan dan pelayaran dengan daerah-daerah lain dapat berlangsung. Waktu itu hubungan perdagangan antara Kesultanan Banjar dan Kerajaan Demak telah berjalan. Pada abad ke-16 M, kota-kota pelabuhan Banjarmasin mengalami perkembangan pesat sebab banyak didatangi oleh para pedagang dari berbagai daerah.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon

Penyebaran agama Islam di Jawa Barat dilakukan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ia menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah pedalaman, seperti ke Majalengka, Kuningan, Ciamis, Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Kerajaan Pajajaran menjalin kerja sama dengan Portugis, Syarif Hidayatullah meningkatkan kegiatan penyiaran agama Islam di Jawa Barat.

Menurut naskah Purwaka Caruban Nagari, pada 1570 M Syarif Hidayatullah wafat dan dimakamkan di Desa Astana, daerah Gunung Jati, Cirebon. Syarif Hidayatullah sampai sekarang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sepeninggalnya, Kesultanan Cirebon dipimpin oleh cucunya, Pangeran Ratu (Panembahan Yusuf). Pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Kesultanan Cirebon berada dalam pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.

Sepeninggal Pangeran Ratu, kedudukannya digantikan oleh putranya, Panembahan Girilaya (1650-1662 M). Setelah itu, Kesultanan Cirebon diperintah oleh kedua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).

Panembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kesepuhan dan bergelar Syamsuddin. Sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Adom dan bergelar Badruddin. Perpecahan di antara keluarga kesultanan tersebut sangat melemahkan Kesultanan Cirebon dan menyebabkan Kesultanan Cirebon berada di bawah pengaruh VOC. Sepeninggal Panembahan Sepuh, pada 1697 M, terjadi perebutan kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh VOC untuk merebut Cirebon. Berdasarkan Perjanjian Kartasura (1705 M) Kesultanan Cirebon berada dalam pengawasan VOC.

Letak Kesultanan Cirebon sangat strategis karena berada di daerah pantai dan merupakan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebagai daerah pantai, Cirebon mendapat pemasukan dari perikanan dan tambak. Kesultanan Cirebon merupakan kesultanan Islam yang bercorak maritim. Sebagai daerah transito, Cirebon dikenal sebagai kota pelabuhan terbesar di Jawa Barat. Sebagai pusat pendidikan, Cirebon banyak dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah yang ingin belajar agama Islam. Kesultanan Cirebon juga memperoleh pemasukan dari pelayaran, perdagangan, pertanian, peternakan, dan kerajinan tangan.

Kesultanan Cirebon banyak meninggalkan sumber sejarah, seperti naskah kuno, batu nisan, kaligrafi, benda-benda pusaka, dan bangunan keratin. Naskah-naskah kuno peninggalan sejarah Kesultanan Cirebon umumnya ditulis oleh para pujangga dan keturunan Sultan Cirebon. Naskah tertua adalah Negara Kertabhumi karangan Pangeran Wangsakerta.



Sumber : Buku Sejarah karangan Nana Supriatna

Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam pada mulanya dirintis oleh Kiai Ageng Pamanahan dan dilanjutkan oleh putranya, Raden Sutawijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Ia menanamkan dasar-dasar pemerintahan sebagai kerajaan pedalaman yang sering dikaitkan dengan Majapahit. Bahkan, ia dianggap sebagai pendiri Kerajaan Mataram yang sebenarnya.

Pada 1601 M, Panembahan Senopati wafat dan kedudukannya digantikan oleh putranya, Mas Jolang (1601-1613 M). Ia melanjutkan cita-cita ayahnya membangun Kerajaan Mataram Islam menjadi kerajaan Islam yang kuat. Rupanya ia harus berjuang menghadapi pemberontakan daerah yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram Islam, Demak, Ponorogo, dan Gresik dapat ditaklukkannya. Namun, ketika menaklukkan Surabaya, Mas Jolang gugur di Krapyak dan mendapat julukan sebagai Panembahan Seda ing Krapyak.

Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Ransang (1613-1645 M) yang dikenal sebagai sultan yang pandai dalam memerintah. Setelah naik takhta, ia bergelar Sultan Agung. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam mencapai masa keemasan. Wilayah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Bahkan, pengaruhnya tertanam di Sukadana (Kalimantan). Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang tidak berada di bawah pengaruhnya hanyalah Kesultanan Banten.

Kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Islam berjalan cukup maju. Hasil buminya terutama beras merupakan barang dagangan yang laku di pasaran dunia. Rakyatnya hidup aman dan makmur. Mataram Islam mampu membiayai perang, menaklukkan daerah-daerah lain, dan membangun armada yang kuat. Dalam serangan terhadap VOC di Batavia pada 1629 M, Sultan Agung membangun gudang-gudang berat di sepanjang jalan Cirebon-Karawang untuk bekal prajuritnya. Hal tersebut menunjukkan perekonomian Kerajaan Mataram Islam sudah maju. Selain dari pertanian, perdagangan, dan pelayaran, kerajaan juga memperoleh pendapatan dari pajak dan upeti.

Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Islam dipengaruhi oleh agama dan budaya Islam. Sultan-sultan Mataram Islam dikenal pemeluk agama Islam yang taat. Sultan Agung memperoleh gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram dari penguasa Makkah.

Kerajaan Mataram Islam bersifat teokrasi, yaitu kerajaan yang berdasarkan agama Islam. Kehidupan sosial dan budayanya dipengaruhi oleh agama Islam. Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam yang sampai sekarang tetap berkembang adalah kalender Jawa.

Sultan Agung yang sangat membenci bercokolnya VOC di Batavia, melancarkan serangan sebanyak dua kali, yaitu pada 1628 M dan 1629 M. Namun, serangan tersebut mengalami kegagalan karena sistem pertahanan dan persenjataan Belanda sangat kuat. Sultan Agung dikenal sebagai sultan Islam yang keras hati, ia tetap pada pendiriannya ingin mengusir VOC dari Batavia.

Sebelum cita-citanya terkabul, Sultan Agung wafat pada 1645 M dan dimakamkan di Imogiri. Kedudukannya kemudian digantikan oleh putranya, Amangkurat I (1645-1677 M). Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo yang berhasil menduduki ibu kota Mataram Islam.

Sultan Mataram Islam, Amangkurat I menyingkir ke Batavia dan meminta bantuan kepada Belanda. Pada 1677 M, Amangkurat I meninggal di Tegalwangi. Ia digantikan putranya, Amangkurat II. Penobatannya dilaksanakan di Batavia yang mendapat dukungan dan campur tangan Belanda.

Campur tangan asing terus masuk dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam. Campur tangan tersebut mengakibatkan perpecahan wilayah kesultanan.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kerajaan Demak

Kerajaan Demak
Kerajaan Demak

Raden Patah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukkan Kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka Kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agar lambang Kerajaan Majapahit tercermin dalam Kerajaan Demak.

Sebelum membangun Kerajaan Demak, Raden Patah membuka pondok pesantren di Desa Glagah Wangi, Jepara. Usahanya itu ternyata berhasil dan mempunyai banyak pengikut. Bintoro kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan agama Islam dan pusat Kesultanan islam Demak.

Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Cirebon dan Banten.

Pada masa sultan kedua, Sumangsang, Demak telah berdiri sebagai kesultanan yang mandiri. Pada 1513 M, pasukan Kerajaan Demak dengan dimimpin oleh sultan ketiganya, yaitu Pati Unus (1507-1521 M) menyerang Malaka. Serangan tersebut dimaksudkan untuk mengusir Portugis dari Malaka. Walaupun mengalami kegagalan, serangan tersebut dapat melemahkan Portugis. Itulah sebabnya Pati Unus dijuluki sebagai Pangeran Sabrang Lor, yang artinya pangeran yang menyeberang ke utara.

Sementara itu, Portugis kembali menaklukkan Samudera Pasai dan bermaksud menduduki Pelabuhan Sunda Kelapa. Menghadapi ancaman Portugis tersebut, Sultan Trenggono memperkuat pasukannya. Pada waktu itu seorang ulama terkemuka Pasai, Fatahillah dapat meloloskan diri dari kepungan orang-orang Portugis dan bersembunyi di Kerajaan Demak. Kedatangan Fatahillah disambut baik oleh Sultan Trenggono, bahkan dianggat menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak. Selain itu, Fatahillah dinikahkan dengan adik perempuannya.

Selanjutnya, Fatahillah diberi tugas oleh Sultan Trenggono untuk menggagalkan rencana Portugis menduduki Sunda Kelapa. Pada 1522 M, armada Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah dapat merebut Sunda Kelapa. Kemenangan itu dirayakan dengan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang artinya kemenangan abadi. Peristiwa itu terjadi pada 22 Juni 1522.

Pada 1546 M, dalam usaha menaklukkan Blambangan, Sultan Trenggono gugur. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak dilanda kekacauan akibat terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawoto (putra Sultan Trenggono) dengan Arya Penangsang (putra Pangeran Sekar Seda).

Namun, kemudian Arya Penangsang tewas dibunuh Raden Adiwijaya yang terkenal dengan nama Joko Tingkir. Ia kemudian diangkat menjadi Sultan Demak. Ia memindahkan ibu kota kesultanan ke Pajang (1568 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kerajaan Demak. Daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Demak, seperti Banten, Cirebon, Tuban, Gresik dan Surabaya melepaskan diri dari kekuasaan Demak.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Demak tumbuh dan berkembang menjadi kesultanan yang bercorak Islam pertama di Pulau Jawa. Daerah kekuasaannya sangat luas serta rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Pada waktu itu, Demak menguasai kota-kota penting di Pulau Jawa. Aktivitas pertanian, perdagangan, dan pelayaran berjalan baik. Kerajaan Demak dikenal sebagai negara agraris yang subur. Hasil buminya terutama beras dipasarkan ke berbagai kota pelabuhan di Nusantara. Perkembangan ekonomi inilah yang mendorong Kerajaan Demak dapat membangun armada laut yang kuat.

Kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak dikenal sebagai pusat pendidikan agama Islam.



Sumber : Buku Sejarah karangan Nana Supriatna

Kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh
Kesultanan Aceh

Aceh berkembang seiring dengan jatuhnya Kesultanan Malaka dan menjadi kota pelabuhan serta pusat perdagangan yang ramai. Para pembesar Aceh kemudian membangun daerahnya menjadi sebuah kesultanan bercorak Islam. Tujuannya, untuk menyaingi Bandar dagang Malaka yang dikelola bangsa Portugis.

Sultan pertama Aceh adalah Ali Mughayat Syah (1513-1528 M). Ibu kota pemerintahan Kesultanan Aceh berada di Kotaraja (Banda Aceh sekarang). Ia kemudian meluaskan pengaruh kekuasaannya dan menaklukkan daerah Daya, Pasai, Siak, dan Aru. Ali Mughayat Syah dikenal sebagai raja yang cerdas dan ahli dalam memerintah. Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Aceh tumbuh dan berkembang menjadi kesultanan Islam yang kuat dan disegani.

Kejayaan Kesultanan Aceh dicapai pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Ia mampu membangun armada laut yang kuat sehingga dapat meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke Semenanjung Malaya. Selain itu, ia juga menaklukkan Johor (1615 M), Pahang (1617 M), dan Kedah (1620 M). Pada 1629 M, Sultan Iskandar Muda mengirim ratusan kapal perang untuk merebut Malaka, tetapi tidak berhasil. Sebelum tujuannya tercapai, ia wafat pada 1636 M. Kedudukannya digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani.

Di bawah Sultan Iskandar Thani, Aceh tetap jaya. Namun, setelah ia wafat (1641 M) Aceh mengalami kemunduran. Penyebabnya, terjadi pertikaian di kalangan keluarga sultan. Keadaan tersebut mendorong para hulubalang mengangkat putri Iskandar Muda menjadi Sultan Aceh yang baru. Setelah naik takhta, ia memakai gelar Tajul Alam Safiatudin Syah (1641-1675 M). Sultan terakhir Aceh ialah Sultan Ibrahim (1883-1870 M) yang bergelar Sultan Ali Alaudin Syah. Ia dikenal sebagai Sultan Aceh yang tegas dan pemberani dalam menghadapi orang-orang Belanda. Kesultanan tersebut berkembang selama empat abad sampai Belanda mengalahkannya dalam Perang Aceh (1873-1912 M).

Kesultanan Aceh merupakan daerah yang subur bagi pertanian. Wilayahnya di kelilingi oleh sungai dan lautan. Kesultanan Aceh merupakan kesultanan Islam yang bercorak agraris dan maritim. Pelayaran dan perdagangan merupakan sumber perekonomian utama. Sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan, Kesultanan Aceh memperoleh pemasukan keuangan dari berbagai sumber.

Kesultanan Aceh menerapkan sistem perdagangan yang bebas dan terbuka. Para pedagang dari berbagai daerah di Nusantara datang berdagang di Aceh. Pada masa kejayaan Kesultanan Aceh, perekonomian rakyatnya sangat maju. Barang-barang ekspor penting, seperti timah dan lada dikuasai oleh para pedagang Aceh. Selain itu, Aceh juga menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia. Para pedagang Arab, Persia, Turki, India, Cina dan Siam berhubungan dagang dengan Aceh. Kapal-kapaldagang Aceh juga mampu berlayar sampai ke Laut Tengah.

Aceh terbuka bagi bangsa-bangsa lain asalkan mereka tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri. Dalam sistem masyarakat, Aceh terbagi ke dalam dua golongan, yaitu golongan masyarakat bangsawan yang berkuasa atas pemerintahan disebut teuku dan golongan masyarakat ulama yang berpengaruh dalam keagamaan dan  dan kemasyarakatan disebut tengku. Kedua golongan masyarakat tersebut terkadang bersaing dan menyebabkan pertahanan kesultanan Aceh mejadi lemah.

Dalam bidang keagamaan, di Kesultanan Aceh berkembang dua aliran agama Islam, yaitu aliran Syiah dan Sunnah Wal Jama’ah. Aliran Syiah disebarluaskan oleh Hamzah Fansuri, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Samsuddin pasai. Tokoh penyebar aliran Sunnah Wal Jama’ah ialah Nuruddin Ar-Raniri.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka
Kesultanan Malaka

Kesultanan Malaka yang semula tumbuh di sekitar Pelabuhan Malaka berkembang menjadi kesultanan Islam yang paling berpengaruh di sekitar Selat Malaka (Sumatera dan Semenanjung Malaka). Pertumbuhan kesultanan tersebut dipengaruhi oleh ramainya perdagangan internasional Samudera Hindia, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan perairan Nusantara yang dilakukan oleh para pedagang Islam.

Menurut versi sejarah Melayu dan Majapahit, kesultanan tersebut didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama paramisora. Setelah terjadi perang saudara di Majapahit, yaitu perang Paregreg (1401-1406 M), pangeran ini melarikan diri ke Tumasik (sekarang Singapura) dan kemudian ke Malaka. Di kota ini, dia bersama pengikutnya membangun Malaka dan mengembangkannya menjadi pelabuhan penting di Selat Malaka.

Bersamaan dengan tumbuhnya Malaka sebagai perlabuhan yang ramai, Paramisora menjadikan Malaka sebagai satu kesultanan dan dia sendiri sebagai sultannya yang pertama. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama Islam yaitu Iskandar Syah. Sultan pertama ini digantikan oleh Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M), Sultan Mansur Syah (1458-1477 M), Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M), dan Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Kesultanan tersebut mengalami keruntuhan setelah direbut oleh bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque pada 1511 M.

Beeberapa wilayah sekitar Kesultanan Malaka, seperti Pahang, Indragiri, Kampar, Tumasik, Sumatera Utara serta Aceh berada di bawah pengaruhnya. Selama kurang lebih satu abad, kesultanan tersebut memiliki pengaruh politik atas kesultanan-kesultanan kecil di sekitar Selat Malaka. Hubungan politik dan dagang dengan Gujarat, Cina dan Benggala serta pelabuhan-pelabuhan di Jawa terpelihara dengan baik.

Pada masa kejayaannya, para pedagang Indonesia banyak yang berlabuh di Pelabuhan Malaka dan mengadakan transaksi dagang dengan pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Benggala, dan Cina. Kegiatan perdagangan yang dijalankan di Malaka, antara lain sultan dan pejabat tinggi kesultanan terlibat dalam kegiatan dagang; pajak bea cukai yang dikenakan pada setiap barang dibedakan atas asal barang; pedagang memasukkan modal dalam barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain dan pedagang menitipkan barang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang yang member modal; pengaturan perdagangan melalui undang-undang, misalnya, syarat-syarat sebuah kapal untuk berlayar, nama-nama jabatan dan tanggung jawabny, serta saat berlabuhnya kapal di pelabuhan; dan komunikasi perdagangan menggunakan bahasa Melayu, terutama bagi bangsa-bangsa yang berasal dari kawasan Nusantara.

Sistem birokrasi dan feodalisme sultan, pembesar, dan golongan bangsawan melemahkan Malaka di bidang politik dan pertahanan. Mereka menjadi lupa akan pertahanan negara sehingga ketika bangsa Portugis datang dan berambisi menaklukkan kekuatan-kekuatan Islam, Malaka tidak memiliki persiapan untuk menghadapinya. Dengan mudah Kesultanan tersebut dapat ditaklukkan bangsa Portugis pada 1511 M.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Kesultanan Samudera Pasai

Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai

Sejak 1283 M, Samudera Pasai dikuasai oleh Nazimuddin Al-Kamil yang kemudian membangun sebuah kerajaan bercorak Islam. Marah Silu diangkat menjadi raja Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik al-Saleh (1290-1297 M). Pada 1297 M, Sultan Malik al-Saleh digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad Malik al-Taher. Sultan Samudera Pasai berikutnya ialah Sultan Ahmad dan Sultan Zainul Abidin.

Sistem pemerintahan di Kesultanan Samudera Pasai bersifat teokrasi, artinya pemerintahan yang berdasarkan agama Islam. Sultan-sultan Pasai menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan di luar negeri seperti dengan Campa (India), Cina, dan Malaka. Dengan Kerajaan Majapahit juga dijalin hubungan kerja sama yang akrab.

Disebutkan bahwa Sultan Samudera Pasai, Zainul Abidin pada 1511 M melarikan diri dan berlindung di Kerajaan Majapahit. Ternyata, ia mempunyai hubungan keluarga dengan penguasa Kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya hubungan kekerabatan antara penguasa Kesultanan Samudera Pasai dan penguasa Kerajaan Majapahit terbina cukup baik. Menurut berita Cina disebutkan bahwa dalam pertengahan abad ke-15 M Kesultanan Samudera Pasai mengirimkan utusan ke negeri Cina. Hal ini berarti hubungan diplomatic antara Kesultanan Samudera Pasai dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Nusantara telah terjalin.

Sebelum menjadi kesultanan Islam, Samudera Pasai pada mulanya merupakan kota pelabuhan terpenting di Nusantara. Sebelumnya, kota pelabuhan tersebut berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Namun, karena Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, pengawasan terhadap Samudera Pasai menjadi terbengkalai. Para pembesar Samudera Pasai kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mendirikan kerajaan yang bercorak Islam atau kesultanan.

Secara politik, pendirian kesultanan itu sangat menguntungkan dalam menghadapi persaingan dagang dengan Malaka dan Siam. Sejak saat itu, para pedagang dari India, Mala, Cina, Tuban, Gresik, Pelembang, dan daerah-daerah lain berdatangan ke Samudera Pasai. Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang tersebut tidak mau lagi berdagang di sana. Mereka memilih berdagang di Samudera Pasai dan kota-kota pelabuhan lainnya. Itulah sebabnya, kegiatan perdagangan dan pelayaran di Samudera pasai menjadi ramai. Dalam waktu singkat, Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan dan pusat kekuasaan Islam di Indonesia.

Menurut catatan Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan kota pelabuhan terpenting di Sumatera. Kapal-kapal dagang dari Cina dan India banyak yang singgah untuk membongkar dan memuat barang-barang dagangan. Para pedagang Nusantara pun banyak yang ikut berdagang di Samudera Pasai.

Peninggalan sejarah Kesultanan Samudera Pasai telah banyak ditemukan, seperti bekas istana, batu nisan, masjid, dan naskah-naskah kesusastraan. Di daerah bekas lokasi Kesultanan Samudera Pasai banyak ditemukan makam sultan-sultan dan tokoh-tokoh Islam. Makam Sultan Malik al-Saleh yang meninggal pada 676 M juga ditemukan di sana. Jirat-jirat yang terdapat di tempat pemakaman sultan-sultan Samudera Pasai didatangkan dari India.

Menurut sumber sejarah diketahui bahwa istana Kesultanan Samudera Pasai telah disusun dan diatur menurut seni budaya India. Bahkan, di antara para pembesar kesultanan ada yang berasal dari Persia (Iran) dan seorang patihnya bergelar Amir. Ini menunjukkan sistem dan struktur social masyarakat Kesultanan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh agama Islam.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia

Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia
Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia

Sebagaimana proses masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha, masuk dan berkembangnya Islam juga tidak diketahui dengan pasti. Namun, berdasarkan sumber-sumber sejarah didapatkan beberapa hipotesis dari para ahli sejarah.

Pertama, Snouck Hurgronje menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat abad ke-13, melalui jalur perdagangan Timur Tengah-Cambay (Gujarat)-Asia Tenggara (Indonesia).

Kedua, G.E. Marrison menolak pendapat Hurgronje karena Gujarat telah menjadi Kerajaan Hindu pada abad ke-13. Marrison menyatakan bahwa Islam dibawa oleh para ahli tasawuf dari Malabar (India Selatan) pada abad ke-13.

Ketiga, Husein Djajadiningrat menyatakan bahwa Islam berasal dari Persia. Hal ini terlihat dari adanya peringatan 10 Muharram yang juga diperingati oleh Kaum Syiah-Persia; penggunaan tanda baca Al-Quran yang sama dengan di Persia, yaitu zabar, zeer, pyes untuk membaca fathah, kasroh, dhommah; dan kesamaan ajaran sufi yang dikembangkan oleh Syekh Siti Jenar dan Hamzah Fanshuri dari Indonesia dengan ajaran sufi yang dikembangkan oleh Al-Hallaj dari Persie.

Keempat, Hamka menyatakan bahwa Islam dibawa oleh pedagang Arab pada abad ke-7 melalui Cina. Hal ini terlihat dari berkembangnya madzhab Syafi’i di Indonesia, yang merupakan madzhab yang berkembang dan dianut di sekitar Mekkah.

Kelima, Islam dibawa oleh pasukan Laksamana Ceng-Ho dari Cina. Hipotesis ini didapatkan dari berita-berita Cina yang ditemukan di Klenteng Sampokong di Batu-Semarang, Klenteng Talang di Cirebon, Kronik Melayu, berita tahunan Melayu, dan berita Cina dinasti Ming. Hipotesis ini didukung oleh Denys Lombard, Anthony Reid, H.J. de Graaf, Th. Pigeaud, Slamet Mulyana, dan Sumanto Al-Qurtubi.

Secara umum, para ahli sejarah sependapat bahwa Islam berkembang di Indonesia oleh kaum pedagang, melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan.



Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna

Beberapa Turunan Benzena dan Kegunaannya

Beberapa Turunan Benzena dan Kegunaannya
Beberapa Turunan Benzena dan Kegunaannya

Beberapa turunan benzena, antara lain nitrobenzena,nitroluena, asam benzena sulfonat, fenol, asam benzoat, stirena, zat antipengoksid, metal salisilat, parasetamol, dan sulfonamid.

1. Nitrobenzena
Nitrobenzena adalah suatu zat cair berwarna kuning muda dan beracun terutama dalam keadaan uap. Senyawa-senyawa dapat disuling dengan tidak terjadi penguraian sebab gugus nitro terikat kuat pada benzena. Dalam industri, nitrobenzene digunakan secara besar-besaran untuk pembuatan aniline.

2. Nitroluena
Untuk membuat nitroluena, nitrasi toluene dengan campuran HNO3 dan H2SO4 pekat lebih mudah daripada nitrasi benzena. Dengan adanya gugus alkil dalam inti benzena, kecepatan nitrasi diperbesar. Hasil nitrasi dapat berupa 2,4,6-trinitrotoluena (TNT) yang dibuat secara industri sebagai bahan peledak.

3. Asam Benzena Sulfonat
Asam-asam sulfonat berupa kristal-kristal tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan kebanyakan higroskopis. Asam benzena sulfonat digunakan untuk pembuatan detergen sintetik.

4. Fenol
Fenol merupakan industri kimia yang penting. Dari bahan baku fenol dapat dibuat berbagai hasil komersial seperti aspirin dan plastik.
Sifat-sifat fenol adalah sebagai berikut.
a)       Dapat membentuk eter dan ester.
b)       Dalam bentuk uap pada 77oC direduksi oleh hidrogen menjadi benzena.
c)        Tidak dapat dioksidasi menjadi aldehida/keton dengan jumlah atom karbon yang sama.
d)       Mempunyai sifat asam yang lemah dan larutannya dalam air menunjukkan daya hantar listrik sedikit sekali. Zat ini mudah membentuk fenolat dengan alkali.
e)        Mengkristal dalam bentuk jarum-jarum tidak berwarna, mencair pada 40,8oC dan mendidih pada 181oC.
f)         Larut dalam air.
g)       Fenol berbau khas dan mempunyai sifat antiseptic yang kuat sehingga digunakan sebagai bahan pembasmi hama. Dalam perdagangan, biasa dikenal dengan nama karbol.

5. Asam Benzoat
Asam benzoat adalah asam aromatik yang paling sederhana, mengkristal sebagai lembaran-lembaran atau jarum-jarum tidak berwarna, dan mencair pada 121,4oC. Zat ini sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol dan eter. Asam benzoat digunakan untuk sintesis zat warna dan juga sebagai pengawet bahan makanan karena mempunyai sifat antiseptik. Asam benzoat dapat diperloleh dari oksidasi toluene atau benzil alkohol. Asam o-hidroksi benzoat atau asam salisilat merupakan zat antiseptic dan pembunuh hama yang kuat sehingga dipergunakan sebagai pengawet bahan makanan. Banyak turunan asam salisilat dipergunakan sebagai obat, misalnya aspirin (asam asetil salisilat).

6. Stirena
Stirena merupakan bahan industri kimia yang penting untuk pembuatan plastik. Stirena diperoleh dengan cara dehidrogenasi etil benzena dengan katalis seng atau Cr2O3.

7. Turunan Benzena Sebagai Zat Antipengoksid (Pengawet)
Antipengoksid adalah zat aditif yang digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi.Konsentrasi maksimum yang dibolehkan untuk makanan dan obat 0,02%. Antipengoksid banyak digunakan untuk mencegah oksidasi pada lemak, minyak (oksidasi minyak menghasilkan senyawa-senyawa yang aldehida, keton, dan asam-asam lemak rantai pendek yang berbau tidak enak), keripik kentang, biji-bijian, sup sayur, kue, dan pemrosesan makanan. Contoh senyawa turunan benzena sebagai antipengoksid, antara lain sebagai berikut.
1) Butil Hidroksi Anisol (BHA),
- stabil, bahkan pada temperatur tinggi
- banyak digunakan secara luas
- efektif pada konsentrasi rendah
2) Butil Hidroksi Toluena (BHT),
- sedikit tidak stabil seperti BHA
- digunakan untuk antipengoksid bukan makanan seperti karet, bensin dan minyak pelumas
- lebih mahal daripada BHA

8. Metil Salisilat
Metil salisilat beraroma seperti minyak gandapura sehingga digunakan sebagai penyedap/pengharum.

9. Parasetamol (4-hidroksiasetanilida dan p-asetilamino-fenol)
Terkandung dalam zat analgesic (menyebabkan tahan rasa sakit), misalnya dikenal sebagai Panadol atau Pamol.

10. Sulfonamid (p-Aminobenzenasulfonamid)
Sebagai zat antiinfeksi.


Sumber : Buku Kimia karangan Sentot Budi Rahardjo

Penyetaraan Reaksi Redoks Molekuler Cara Perubahan Biloks

Penyetaraan Reaksi Redoks Molekuler Cara Perubahan Biloks
Penyetaraan Reaksi Redoks Molekuler Cara Perubahan Biloks

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyetaraan reaksi redoks (molekuler) dengan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks) adalah sebagai berikut.
1.        Tandai biloks masing-masing atom dalam senyawanya.
2.        Tandai atom-atom yang mengalami perubahan biloks dan hitung besar perubahan biloks. Jika atom yang mengalami perubahan biloks lebih dari satu dalam rumus molekulnya, hitunglah jumlah perubahan biloks (jumlah atom x biloks).
3.        Tuliskan perbandingan biloks zat reduktor dengan biloks zat oksidator. Jika memungkinkan, jadikan dalam bentuk paling sederhana. Misalnya, 2 : 4 disederhanakan menjadi 1 : 2.
4.        Jumlah perubahan biloks zat reduktor (setelah disederhanakan) tuliskan sebagai koefisien zat oksidator.
5.        Jumlah perubahan biloks zat oksidator (setelah disederhanakan) tuliskan sebagai koefisien zat reduktor.
6.   Lengkapilah persamaan reaksinya dengan menyamakan atom-atom yang mengalami perubahan biloks, atom-atom selain H dan O, atom O, dan atom H.


Sumber : Buku Kimia karangan Sentot Budi Rahardjo


Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Bilangan Oksidasi

Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Bilangan Oksidasi
Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Bilangan Oksidasi
Metode bilangan oksidasi berprinsip bahwa jumlah elektron yang dilepas oleh zat reduktor sama dengan jumlah elektron yang diterima oleh zat oksidator. Banyaknya elektron yang dilepas oleh zat reduktor sesuai dengan penamahan biloks yang terjadi, sedangkan banyaknya elektron yang diterima oleh zat oksidator sesuai dengan pengurangan biloks yang terjadi.

Untuk menyelesaikan persamaan reaksi redoks dengan metode perubahan biloks, perlu dilakukan langkah-langkah berikut.
1.         Menuliskan zat-zat yang bereaksi di sebelah kiri tanda panah dan zat-zat hasil reaksi di sebelah kanan tanda panah.
2.         Menandai biloks semua atom yang terlibat dalam reaksi redoks.
3.         Menandai atom-atom yang mengalami perubahan biloks dan menghitung besarnya perubahan biloks. Jika atom yang mengalami redoks lebih dari satu dalam rumus ion/molekulnya, hitunglah jumlah perubahan redoks (jumlah atom dikalikan perubahan biloks).
4.         Jumlah perubahan biloks zat reduktor dituliskan sebagai koefisien zat oksidator, sedangkan jumlah perubahan biloks zat oksidator dituliskan sebagai koefisien zat reduktor. Sederhanakan perbandingan perbahan biloks, misalnya 2 : 4 disederhanakan menjadi 1 : 2.
5.         Menyamakan atom-atom yang mengalami redoks.
6.         Menyetarakan jumlah muatan ruas kiri dan ruas kanan :
a.   dalam suasana asam dengan cara menambah H+;
b.   dalam suasana basa dengan cara menambah OH-.
7.    Jumlah atom H ruas kiri dan kanan disamakan dengan menambahkan H2O.



Sumber : Buku Kimia karangan Sentot Budi Rahardjo

Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Ion Elektron

Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Ion Elektron
Penyetaraan Reaksi Redoks Metode Ion Elektron
Dalam metode ion-elektron, reaksi redoks dipisahkan sebagai setengah-reaksi oksidasi dan setengah-reaksi reduksi. Setelah masing-masing setengah-reaksi ion setimbang (jumlah atom dan muatan sebelah kiri sama dengan sebelah kanan tanda panah), keduanya dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan reaksi ion yang sempurna. Dalam persamaan reaksi ion ini, ion-ion yang tidak mengalami reaksi redoks tidak perlu diikutsertakan dalam persamaan reaksi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan persamaan reaksi redoks dengan metode ion-elektron adalah sebagai berikut.
1.        Menuliskan perubahan-perubahan yang terjadi pada setengah sel reaksi ion oksidasi dan setengah sel reaksi ion reduksi.
2.        Menyamakan jumlah atom-atom yang mengalami redoks.
3.        a. Dalam suasana asam, ruas yang kekurangan O ditambah H2O sedangkan ruas yang kekurangan H ditambah H+.
b. Dalam suasana basa, ruas yang kekurangan O ditambah OH- (biasanya sebanyak 2 kali yang diperlukan), sedangkan ruas yang kekurangan H ditambah H2O.
4.       Menyamakan muatan dengan menambah elektron (partikel bermuatan negatif). Pada setengah sel reaksi ion oksidasi (reduktor), elektron ditambahkan pada sebelah kanan tanda panah, sedangkan pada setengah sel reaksi ion reduksi (oksidator), elektron ditambahkan pada sebelah kiri tanda panah.
5.        Menyamakan banyaknya elektron yang dilepas oleh reduktor dengan banyaknya elektron yang diterima oleh oksidator.
6.        Dijumlahkan.


Sumber : Buku Kimia karangan Sentot Budi Rahardjo

Monday, November 7, 2016

Klasifikasi Lumut (Bryophyta)

Klasifikasi Lumut (Bryophyta)
Klasifikasi Lumut (Bryophyta)
Pada umumnya dikenal tiga macam lumut, yaitu kelas Bryopsida (lumut daun), kelas Hepaticopsida (lumut hati) dan kelas Anthoceropsida (lumut tanduk).


1. Kelas Bryopsida (Lumut Daun)
Lumut daun (disebut juga kelas Musci) memiliki batang semu yang tegak dengan panjang kurang dari 3 cm. Lembaran daunnya tipis dan tersusun secaara spiral. Contoh lumut daun adalah Sphagnum fimbriatum, Aeobryopsis longissima, Pogonatum cirrhatum, dan Mniodendron divaricatum.

Pada tahapan gametofit, organ reproduksi seksual tumbuh pada bagian pucuk batang yang berdaun. Arkegonium akan terbuka saat sel telur telah siap dibuahi. Jika ada air, maka sel sperma akan berenang menuju arkegonium dan membuahi sel telur. Hasil fertilisasi tersebut akan tumbuh menjadi sporofit yang memiliki tangkai panjang dengan pucuk berkapsul. Di dalam kapsul sejumlah spora dibentuk. Saat spora sudah matang, kapsul akan terbuka dan spora terbawa oleh angin. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protonema. Protonema tersebut kemudian berkembang menjadi lumut yang baru.

2. Kelas Hepaticopsida (Lumut Hati)
Contoh lumut hati yang paling dikenal adalah Marchantia polymorpha, Riccia frostii, dan Ricciocarpus natans. Lumut hati berbentuk seperti lembaran daun atau lobus. Pada permukaan bawah lobus tersebut terdapat rizoid.

Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi sel telur oleh sperma. Saat anteridium matang, sel sperma akan berenang melalui air menuju ke arkegonium sehingga terjadi proses fertilisasi. Zigot hasil fertilisasi akan tumbuh menjadi sporofit. Selanjutnya, sporofit membentuk kapsul yang tampak menonjol keluar dari arkegonium.

3. Kelas Anthoceropsida (Lumut Tanduk)
Lumut tanduk memiliki struktur seperti lumut hati. Ciri khasnya struktur tanduk yang tumbuh di luar gametofit. Lumut tersebut biasa hidup di daerah sepanjang pinggir sungai, danau atau selokan. Contoh yang banyak dikenal adalah Anthoceros sporophytes.


Sumber : Buku Biologi karangan Drs. Arif Pribadi, M.Ed.

Apakah Mutasi Itu?

Apakah Mutasi Itu?
Apakah Mutasi Itu?

Mutasi merupakan peristiwa berubahnya susunan materi genetika (DNA) yang berakibat berubahnya fenotipe suatu makhluk hidup. Oleh karena itu, peristiwa mutasi dapat dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya keanekaragaman materi genetika pada makhluk hidup. Agen yang menyebabkan mutasi disebut mutagen, sedangkan makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan. Pada umumnya, gen yang telah mengalami mutasi cenderung bersifat stabil. Artinya, gen tersebut tidak akan mengalami mutasi lagi.

Istilah dan teori mutasi pertama kali dikemukakan oleh Hugo de Vries (1904), seorang ahli botani dari Belanda. Dalam bukunya yang berjudul The Mutation Theory, Vries menjelaskan bahwa mutasi merupakan peristiwa yang jarang terjadi di alam. Namun, jika terjadi, sifat yang berubah pada peristiwa mutasi tersebut akan diwariskan kepada generasi berikutnya. Kesimpulan demikian diperoleh setelah Vries melakukan percobaan terhadap bunga pukul empat (Mirabilis jalapa).

Pada tahun 1928, Herman J. Muller, seorang ilmuwan Amerika mengemukakan bahwa semakin besar dosis radiasi yang diberikan, semakin besar pula terjadinya mutasi. Hasil tersebut diperoleh setelah Muller melakukan percobaan dengan menggunakan sinar X terhadap lalat buah (Drosophila melanogaster).

Mutasi dapat dibedakan atas beberapa macam berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, berdasarkan tipe sel yang mengalaminya, faktor kejadiannya, atau tingkatannya.


Sumber : Buku Biologi karya Drs. Arif Priadi, M.Ed