![]() |
Kerajaan Mataram Islam |
Kerajaan Mataram Islam pada mulanya dirintis oleh Kiai Ageng
Pamanahan dan dilanjutkan oleh putranya, Raden Sutawijaya dengan gelar
Panembahan Senopati. Ia menanamkan dasar-dasar pemerintahan sebagai kerajaan
pedalaman yang sering dikaitkan dengan Majapahit. Bahkan, ia dianggap sebagai
pendiri Kerajaan Mataram yang sebenarnya.
Pada 1601 M, Panembahan Senopati wafat dan kedudukannya
digantikan oleh putranya, Mas Jolang (1601-1613 M). Ia melanjutkan cita-cita
ayahnya membangun Kerajaan Mataram Islam menjadi kerajaan Islam yang kuat.
Rupanya ia harus berjuang menghadapi pemberontakan daerah yang ingin melepaskan
diri dari kekuasaan Mataram Islam, Demak, Ponorogo, dan Gresik dapat
ditaklukkannya. Namun, ketika menaklukkan Surabaya, Mas Jolang gugur di Krapyak
dan mendapat julukan sebagai Panembahan Seda ing Krapyak.
Pengganti Mas Jolang adalah Raden Mas Ransang (1613-1645 M)
yang dikenal sebagai sultan yang pandai dalam memerintah. Setelah naik takhta,
ia bergelar Sultan Agung. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram Islam
mencapai masa keemasan. Wilayah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa
Barat. Bahkan, pengaruhnya tertanam di Sukadana (Kalimantan). Kerajaan Islam di
Pulau Jawa yang tidak berada di bawah pengaruhnya hanyalah Kesultanan Banten.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Islam berjalan cukup
maju. Hasil buminya terutama beras merupakan barang dagangan yang laku di
pasaran dunia. Rakyatnya hidup aman dan makmur. Mataram Islam mampu membiayai
perang, menaklukkan daerah-daerah lain, dan membangun armada yang kuat. Dalam
serangan terhadap VOC di Batavia pada 1629 M, Sultan Agung membangun
gudang-gudang berat di sepanjang jalan Cirebon-Karawang untuk bekal
prajuritnya. Hal tersebut menunjukkan perekonomian Kerajaan Mataram Islam sudah
maju. Selain dari pertanian, perdagangan, dan pelayaran, kerajaan juga
memperoleh pendapatan dari pajak dan upeti.
Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Islam dipengaruhi oleh
agama dan budaya Islam. Sultan-sultan Mataram Islam dikenal pemeluk agama Islam
yang taat. Sultan Agung memperoleh gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana
Mataram dari penguasa Makkah.
Kerajaan Mataram Islam bersifat teokrasi, yaitu kerajaan
yang berdasarkan agama Islam. Kehidupan sosial dan budayanya dipengaruhi oleh
agama Islam. Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam yang sampai sekarang
tetap berkembang adalah kalender Jawa.
Sultan Agung yang sangat membenci bercokolnya VOC di
Batavia, melancarkan serangan sebanyak dua kali, yaitu pada 1628 M dan 1629 M.
Namun, serangan tersebut mengalami kegagalan karena sistem pertahanan dan
persenjataan Belanda sangat kuat. Sultan Agung dikenal sebagai sultan Islam
yang keras hati, ia tetap pada pendiriannya ingin mengusir VOC dari Batavia.
Sebelum cita-citanya terkabul, Sultan Agung wafat pada 1645
M dan dimakamkan di Imogiri. Kedudukannya kemudian digantikan oleh putranya,
Amangkurat I (1645-1677 M). Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo yang berhasil menduduki ibu kota
Mataram Islam.
Sultan Mataram Islam, Amangkurat I menyingkir ke Batavia dan
meminta bantuan kepada Belanda. Pada 1677 M, Amangkurat I meninggal di
Tegalwangi. Ia digantikan putranya, Amangkurat II. Penobatannya dilaksanakan di
Batavia yang mendapat dukungan dan campur tangan Belanda.
Campur tangan asing terus masuk dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam. Campur tangan tersebut mengakibatkan perpecahan wilayah
kesultanan.
Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna
Kerajaan Mataram Islam
4/
5
Oleh
Yusri Triadi