![]() |
Kerajaan Demak |
Raden Patah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia
menaklukkan Kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka
Kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agar lambang Kerajaan Majapahit
tercermin dalam Kerajaan Demak.
Sebelum membangun Kerajaan Demak, Raden Patah membuka pondok
pesantren di Desa Glagah Wangi, Jepara. Usahanya itu ternyata berhasil dan
mempunyai banyak pengikut. Bintoro kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan
agama Islam dan pusat Kesultanan islam Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem pemerintahan teokrasi,
yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam. Kerajaan Demak memperluas
kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa, seperti
Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Cirebon dan Banten.
Pada masa sultan kedua, Sumangsang, Demak telah berdiri
sebagai kesultanan yang mandiri. Pada 1513 M, pasukan Kerajaan Demak dengan
dimimpin oleh sultan ketiganya, yaitu Pati Unus (1507-1521 M) menyerang Malaka.
Serangan tersebut dimaksudkan untuk mengusir Portugis dari Malaka. Walaupun
mengalami kegagalan, serangan tersebut dapat melemahkan Portugis. Itulah
sebabnya Pati Unus dijuluki sebagai Pangeran
Sabrang Lor, yang artinya pangeran yang menyeberang ke utara.
Sementara itu, Portugis kembali menaklukkan Samudera Pasai
dan bermaksud menduduki Pelabuhan Sunda Kelapa. Menghadapi ancaman Portugis
tersebut, Sultan Trenggono memperkuat pasukannya. Pada waktu itu seorang ulama
terkemuka Pasai, Fatahillah dapat meloloskan diri dari kepungan orang-orang
Portugis dan bersembunyi di Kerajaan Demak. Kedatangan Fatahillah disambut baik
oleh Sultan Trenggono, bahkan dianggat menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak.
Selain itu, Fatahillah dinikahkan dengan adik perempuannya.
Selanjutnya, Fatahillah diberi tugas oleh Sultan Trenggono
untuk menggagalkan rencana Portugis menduduki Sunda Kelapa. Pada 1522 M, armada
Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah dapat merebut Sunda Kelapa.
Kemenangan itu dirayakan dengan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta,
yang artinya kemenangan abadi. Peristiwa itu terjadi pada 22 Juni 1522.
Pada 1546 M, dalam usaha menaklukkan Blambangan, Sultan
Trenggono gugur. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak dilanda kekacauan
akibat terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Prawoto (putra Sultan
Trenggono) dengan Arya Penangsang (putra Pangeran Sekar Seda).
Namun, kemudian Arya Penangsang tewas dibunuh Raden
Adiwijaya yang terkenal dengan nama Joko Tingkir. Ia kemudian diangkat menjadi
Sultan Demak. Ia memindahkan ibu kota kesultanan ke Pajang (1568 M). Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Kerajaan Demak. Daerah-daerah yang berada di
bawah kekuasaan Demak, seperti Banten, Cirebon, Tuban, Gresik dan Surabaya
melepaskan diri dari kekuasaan Demak.
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Demak tumbuh dan berkembang
menjadi kesultanan yang bercorak Islam pertama di Pulau Jawa. Daerah
kekuasaannya sangat luas serta rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Pada waktu
itu, Demak menguasai kota-kota penting di Pulau Jawa. Aktivitas pertanian,
perdagangan, dan pelayaran berjalan baik. Kerajaan Demak dikenal sebagai negara
agraris yang subur. Hasil buminya terutama beras dipasarkan ke berbagai kota
pelabuhan di Nusantara. Perkembangan ekonomi inilah yang mendorong Kerajaan Demak
dapat membangun armada laut yang kuat.
Kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Demak bercorak Islam.
Hal tersebut tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid,
makam, batu nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang
pun Demak dikenal sebagai pusat pendidikan agama Islam.
Sumber : Buku Sejarah karangan Nana Supriatna
Kerajaan Demak
4/
5
Oleh
Yusri Triadi