![]() |
Kesultanan Ternate dan Tidore |
Di Kepulauan Maluku terdapat empat kesultanan yang bercorak
Islam, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Namun, hanya Ternate dan
Tidore yang berkembang menjadi kesultanan Islam yang besar. Raja-raja
sebelumnya bergelar kolano, namun
setelah pengaruh Islam masuk, gelar kolano
berubah menjadi sultan.
Kesultanan Ternate dan Tidore sering berselisih akibat
persaingan dalam perdagangan. Kedua kesultanan tersebut kemudian membentuk
persekutuan dagang. Ternate bersama Bacan, Obi, Seram, dan Ambon membentuk Ulil Lima, yaitu persekutuan lima
bersaudara yang dimimpin oleh Ternate. Kesultanan Tidore membentuk Uli Syiwa, yaitu persekutuan sembila
bersaudara yang dipimpin oleh Tidore.
Persaingan antara Kesultanan Ternate dan Tidore menjadi
semakin tajam setelah Portugis dan Spanyol datang di Maluku. Ternate bersekutu
dengan Portugis sedangkan Tidore dengan Spanyol. Dengan alasan untuk melindungi
Ternate, Portugis mendirikan benteng pertahanan Sao Paolo dan menerapkan
politik monopoli dagang. Tindakan tersebut mendapat reaksi dari rakyat. Sultan
Ternate yang bernama Sultan Khairun tampil memimpin rakyat mengusir Portugis
dari Maluku (1550-1570 M).
Ternate dan Tidore dikenal sebagai penghasil rempah-rempah
yang laku di pasaran dunia, seperti cengkih dan lada. Selain dari perdagangan,
sumber penghidupan rakyat Maluku diperoleh pula dari pertanian. Masuknya agama
Islam telah memengaruhi kehidupan rakyat Ternate dan Tidore. Hal tersebut
ditunjukkan oleh peninggalan sejarah berupa bangunan masjid, bangunan bekas
keratin, dan benteng pertahanan. Sejalan dengan ajaran Islam, kesultanan
Ternate dan Tidore menerapkan sistem pemerintahan teokrasi.
Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna
Kesultanan Ternate dan Tidore
4/
5
Oleh
Yusri Triadi