Kesultanan Banten |
Pada 1526 M, pasukan gabungan Sunan Gunung Jati dan Demak
berhasil merebut Banten dari Kerajaan Sunda. Pusat pemerintahan yang semula di
Banten Girang dipindahkan ke Surosowan. Pemindahan pusat kesultanan itu
dimaksudkan agar Banten melalui laut dapat berhubungan dengan kota-kota
pelabuhan lainnya di Pulau Jawa, Sumatera, dan Selat Malaka. Sejak saat itu,
kota Pelabuhan Banten menjadi ramai dikunjungi oleh para pedagang dari dalam
dan luar negeri.
Pendirian Kota Surosowan sebagai pusat Kesultanan Banten
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati. Atas persetujuan Kerajaan Demak, putera Sunan
Gunung Jati, Maulana Hasanuddin diangkat menjadi sultan Banten. Di bawah
pemerintahan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten berkembang menjadi
kesultanan Islam yang bercorak maritime. Ia memerintah selama 18 tahun
(1552-1870 M) dan berhasil menanamkan dasar Islam di Banten. Selain itu, ia
banyak mendirikan masjid, pondok pesantren, dan mencetak kader-kader kiai.
Kejayaan Banten terus berlangsung sampai masa pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa
(1651-1682 M).
Kejayaan Kesultanan Banten pada masa lalu tampak dari
peninggalan sejarahnya. Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Masjid Pancian
Tinggi, Meriam Ki Amuk, dan Pelabuhan Perahu Karanghantu. Peninggalan sejarah
tersebut menunjukkan bahwa tingkat sosial budaya masyarakat Banten sudah cukup
tinggi.
Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna
Kesultanan Banten
4/
5
Oleh
Yusri Triadi