Kerajan Tarumanagara
Sejarah![]() |
Kerajan Tarumanagara |
Bukti sejarah adanya Kerajaan Tarumanagara adalah
ditemukannya tujuh buah prasasti peninggalan Raja Purnawarman.
Prasasti-prasasti tersebut bertuliskan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta
yang ditulis dalam bentuk syair. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kerajaan
Tarumanagara berkembang tradisi Hindu-Buddha dari India. Adapun tujuh prasasti
tersebut, yaitu Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Kebon Kopi di Bogor; Prasasti
Tugu; Prasasti Jambu di Bogor; Prasasti Muara Ciaruteun di Bogor; Prasasti
Pasir Awi di Leuwiliang; Prasasti Munjul di Banten.
Keterangan adanya Kerajaan Tarumanagara diperoleh pula dari
Cina. Menurut berita Cina bahwa negara Holo-tan (Aruteun) di Shepo (Jawa) pada 430 M, 437, dan 452 M pernah
mengirimkan utusan ke negeri Cina. Dari berita tersebut diketahui bahwa nama
asli Tarumanagara adalah Aruteun.
Setelah pengaruh tradisi India masuk, nama Aruteun
berubah menjadi Taruma (Tarumanagara).
Perubahan nama diperkirakan terjadi sekitar akhir abad ke-5
M. Sebab pada abad ke-6 M nama Aruteun tidak disebut-sebut lagi dan sebagai
gantinya muncul nama Taruma. Menurut seorang pendeta Cina, I Tsing, bahwa
sekitar abad ke-7 M di Pulau Jawa terdapat Kerajaan Mo-ho-sin yang diduga
terletak di Pulau Jawa bagian barat.
Kehidupan social masyarakat Tarumanagara diberitakan sudah
baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh prasasti yang menyebutkan bahwa Purnawarman
memberikan sedekah 1.000 ekor lembu kepada para Brahmana. Demikian pula
pembuatan Sungai Gomati untuk mencegah banjir menunjukkan bahwa semangat
gotong-royong dan rasa kesetiakawanan social pada masyarakat Tarumanagara sudah
baik.
Menurut Fa-Hien, rakyat Tarumanagara yang memeluk agama
Hindu dan Buddha jumlahnya masih sedikit, hanya terbatas pada lingkungan
kerajaan, kaum bangsawan, dan para pedagang. Sebagian besar di antara mereka
masih memeluk kepercayaan warisan dari nenek moyangnya. Hal tersebut disebabkan
Kerajaan Tarumanagara belum lama menerima pengaruh agama dan tradisi
Hindu-Buddha.
Berita dari Cina juga menyebutkan bahwa Kerajaan
Tarumanagara sering mengirim utusan ke negeri Cina. Hubungan kerja sama dan
persahabatan tersebut, membuat Kerajaan Tarumanagara menjadi aman dari gangguan
atau serangan Kerajaan Cina.
Sumber : Buku Sejarah karya Nana Supriatna